Manusia dan Harapan
Sudah menjadi hal yang umum
sepasang manusia menjalin kasih yang dapat disebut juga dengan istilah
berpacaran. Pacaran itu sendiri merupakan proses perkenalan antara dua insan
manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju
kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan (menurut wikipedia).
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), pacar
adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan
berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan
(dengan sang pacar).
Namun, dalam kehidupan
sehari-hari terkadang kita tidak sengaja melihat suatu bentuk kekerasan dalam
berpacaran. Seharusnya dalam berpacaran memberikan kenyamanan tiap pasangannya
bukan malah menyakiti pasangannya. Seperti contohnya sebuah film yang saya
saksikan beberapa minggu yang lalu. Tokoh-tokohnya yaitu tokoh utama diperankan
oleh Melati (korban) yang mempunyai kekasih bernama Jaka (pelaku kekerasan)
yang merupakan kakak dari Rena (sahabat Melati), dan Bimo yang berperan sebagai
sahabat melati. Sedikit review dari film tersebut yaitu Melati mempunyai kekasih
bernama Jaka. Sejak awal berpacaran semua baik-baik saja akan tetapi seiring
berjalannya waktu hubungan mereka mulai tidak harmonis. Jaka sering mengejek
dan memaksakan kehendak jika Melati tidak menuruti kemauannya bahkan terkadang
Jaka melakukan kekerasan fisik seperti menjambak rambut Melati. Melati sangat
mencintai Jaka lantas memafkan kesalahannya. Tidak hanya disitu, Jaka juga
sering meminta uang kepada Melati. Karena Melati sudah bekerja maka ia menuruti
saja kemauan Jak jika tidak Jaka akan marah-marah. Puncak kemarahan Jaka saat
ia menuduh Melati berselingkuh dengan Bimo yang sebenarnya adalah sahabat
Melati sendiri. Melati kemudian disiksa di dalam mobil. Dengan sekuat tenaga
akhirnya ia berhasil melepaskan diri dari Jaka. Semenjak itu hubungan mereka
berakhir.
Kekerasan dalam film
tersebut digambarkan dari kekerasan emosional, fisik hingga materi. Atas dasar
cinta seseorang dapat menuruti kemauan pasangannya walaupun bukan hal yang baik
sekalipun. Disinilah harusnya sebagai pasangan kita harus berani berkata
“tidak” kepada pasangan kita sendiri. Jika pasangan terus memaksa dan melakukan
kekerasan sebaiknya dilaporkan ke pihak yang berwajib agar ia tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukannya lagi. Budaya timur memperlihatkan kepada kita
bagaimana hubungan sepasang kekasih saling menghormati, menyayangi pasangan
tanpa menyakiti. Semua orang seharusnya saling menjaga pasangannya. Bukan
melakukan kekerasan yang hanya menimbulkan masalah di kemudian hari.
Hubungannya filem tersebut dengan
tema manusia dan harapan adalah si Melati ini menaruh harapan pada pasangannya
yang bernama jaka, harapan melati adalah agar pasangannya yang bernama jaka
dapat merubah sifat nya yang arogan, dan lebih menghargai perempuan. Seiring berjalannya
waktu harapan tersebut belum pernah terwujud sampai akhirnya si melati memilih
mengakhiri hubungnya dengan jaka. Setelah hubungan mereka berakhir, jaka pun
mendapat pasangan baru, akan tetapi sifat jaka belum berubah sampai akhirnya
jaka pun di tuntut dan dipenjara. Atas kejadian tersebut Melati berharap jaka
bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan intropeksi diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar