Kamis, 06 Oktober 2016

garut berduka



Penyebab Banjir Garut, Faktor Alam dan Berubahnya Tata Guna Lahan
Selasa, 27 September 2016 | 19:42 WIB
  •  Image result for bencana banjir garut
100
Shares
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Tersapu Banjir Bandang - Suasana pemukiman warga yang tersapu banjir bandang Sungai Cimanuk di Desa Haur Panggung, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (22/9/2016). Pada hari kedua pasca peristiwa musibah banjir bandang, warga dibantu TNi dan relawan masih mencari keluarganya yang hilang dan barang-barang yang masih bisa diselamatkan.
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta merilis hasil kajiannya mengenai penyebab terjadinya banjir bandang di Garut, Jawa Barat, pada Rabu (21/9/2016) dini hari.

"Selain faktor alam, penyebab terjadinya bencana banjir bandang di Garut beberapa hari lalu juga dikarenakan perubahan tata guna lahan yang tidak sesuai dengan kondisi alamnya," ujar Rektor UGM Dwikorita Karnawati saat ditemui di kampus UGM, Yogyakarta, Selasa (27/9/2016).

, banjir bandang bisa terjadi karena daerah Garut layaknya sebuah mangkok. Kabupaten Garut, lanjutnya, dikelilingi oleh tujuh gunung api sehingga air bermuara pada suatu titik.

Kondisi ini pun, menurut Dwi, diperparah dengan daerah aliran sungai (DAS) Cimanuk yang mengalami pendangkalan.

"Curah hujan yang tinggi, dengan intensitas 255 milimeter, sementara sebelumnya juga terjadi hujan sehingga tanah mengalami kejenuhan menyerap dan terjadi pendangkalan dan penyumbatan saluran-saluran air," tuturnya.
Dia mengingatkan, fenomena banjir bandang dan longsor di Garut bisa terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia.

Oleh karena itu, lanjut Dwi, beberapa pihak diminta untuk bersiaga dan mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana serupa.
Dia menambahkan, hasil kajian yang dilakukan UGM dari berbagai bidang ilmu menyimpulkan terjadinya banjir dan tanah longsor di Garut karena faktor alam dan non-alam. Pemerintah, masyarakat dan beberapa pihak untuk selalu siap siaga dengan early warning.

"Tidak harus dengan alat tetapi bisa dengan human sensor atau dalam bahasa jawa sebagai 'ilmu titen' sehingga meski tidak hujan, air sungai menjadi keruh dan muka air naik, sebaiknya mereka yang tingal di pinggir sungai menyingkir," ungkap Dwi.

Dia mengatakan, antisipasi untuk mid-term dan long-term bisa dilakukan peninjauan ulang tata ruang atau tata guna lahan.

Selain itu, tambahnya lagi, perlu diperhatikan pula alternatif kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam konteks pemanfaatan lahan.




"menurut saya banjir bandang yang terjadi di garut terjadi karena ada nya beberapa faktor. faktor alam dan faktor non alam. faktor alam adalah curah hujan yang tinggi yang menyebabkan air sungai pasang, sedangkan faktor non alam adalah faktor yang disebabkan oleh si manusia itu sendiri seperti membangun bangunan di lahan yang seharusnya untuk resapan air, contohnya membangun rumah di pinggir sungai bisa membahayakan keselamatan manusia itu sendiri karena air sungai bisa pasang tanpa diduga. oleh sebab itu manusia harus mengenali gejala gejala akan terjadinya bencana alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar